Categories Artikel Berita Film

Flow: Film Animasi Indie yang Tidak Hanya Hidup di Layar Festival

Ketika kita berbicara tentang film independen, biasanya yang terlintas di kepala kita adalah film yang hanya dibicarakan di kalangan pelaku dan penikmat film animasi di festival. Anggapan ini muncul karena film indie sering kali lebih fokus pada ekspresi kreatif seorang filmmaker ketimbang aspek komersialnya, sehingga film independen cenderung memiliki jalur distribusi yang berbeda dengan film-film yang tayang di layar komersial. Namun, kehadiran Flow di layar bioskop mematahkan anggapan mengenai keterbatasan ruang pemutaran bagi film independen, khususnya animasi.

Sumber gambar: IMDB.com


Film independen, atau yang biasa disebut film indie, adalah produksi film yang dibuat tanpa dukungan langsung dari studio besar. Biasanya, film ini memiliki anggaran lebih kecil, kebebasan kreatif yang lebih besar, dan pendekatan yang lebih eksperimental dibandingkan dengan film produksi mainstream. Berbagai karakteristik lain film independen adalah memiliki tim kecil, pendanaan dari sumber alternatif, dan distribusi yang sering kali terbatas. Salah satu ciri utama dari film independen adalah kebebasannya dari sistem studio konvensional. Dalam perjalanannya, film indie lebih ditentukan oleh semangat kemandiriannya. Film yang dibuat oleh filmmaker yang berani keluar dari jalur mainstream, mengutamakan orisinalitas dan kreativitas, serta tidak ragu mengambil risiko dalam menyampaikan cerita.

Flow adalah film panjang animasi yang bercerita tentang perjalanan seekor kucing yang terpaksa bekerja sama dengan hewan-hewan lain untuk bertahan hidup di dunia pasca-apokalips. Flow terpilih untuk tayang perdana di 2024 Cannes Film Festival pada 22 Mei 2024. Film ini juga diputar di 2024 Annecy International Animation Film Festival, di mana ia meraih penghargaan Jury Award, Audience Award, dan Gan Foundation Award for Distribution dalam kategori Film Panjang.

Sumber gambar: IMDB.com


Flow adalah karya dari sutradara Latvia, Gints Zilbalodis. Ia dikenal sebagai sutradara independen yang telah mencuri perhatian publik sejak karya film panjang sebelumnya, Away, di tahun 2019. Dalam proyek Flow, ia melanjutkan tradisi bekerja di luar sistem studio besar dan memegang kendali kreatif penuh atas visinya. Dari proses produksinya, film ini dapat dikategorikan sebagai film indie, baik dari segi pendekatan, pendanaan, hingga  proses kreatifnya. 

Proses pembuatan Flow dimulai dengan pembentukan tim yang benar-benar baru.  Untuk memproduksi film ini, Gints mendirikan studio independennya, Dream Well Studio, yang mengerjakan semua bagian produksi kecuali animasi karakter. Proses seperti praproduksi, musik, animatik, desain karakter, efek, dan pencahayaan dilakukan di Latvia. Sementara itu, animasi karakter diproduksi di Prancis oleh Sacrebleu dan di Belgia oleh Take Five. Secara keseluruhan, sekitar 40 hingga 50 orang terlibat dalam pembuatan film ini, meskipun tidak semuanya bekerja sepanjang waktu dan hanya berkontribusi selama beberapa minggu.

Flow dikerjakan dengan anggaran sekitar 4 juta dolar. Menurut data statistik di gitnux.org , studio besar yang filmnya sering kita jumpai di layar lebar seperti Pixar dan Dreamworks biasanya menganggarkan 130-175 juta dolar untuk setiap proyek film panjang animasi mereka. Situs tersebut juga menyatakan rata-rata anggaran film panjang animasi adalah sekitar 100 juta dolar. Sehingga dengan angka yang terbilang kecil untuk mewujudkan film ini, Gints harus menemukan cara terbaik untuk menggunakan sumber dayanya. 

Salah satu ciri khas dari film Flow adalah pendekatannya dalam menggunakan perangkat lunak open-source Blender untuk animasi. Dalam wawancaranya dengan Animation Magazine, Gints menyatakan bahwa penggunaan software Blender membuatnya bekerja lebih cepat dan memberi kebebasan untuk bereksperimen dengan pencahayaan adegan. Gints bahkan tidak menggunakan storyboard dan membuat semua animatik sendiri dalam 3D menggunakan Blender. Dengan demikian, ia bisa dengan bebas merencanakan pengambilan gambar, karena kamera memainkan peran besar dalam film ini.

Sumber gambar: IMDB.com

Tanpa mengetahui proses di balik layarnya pun, saat menonton Flow, seorang penikmat film animasi sudah bisa merasakan bahwa film tersebut diracik dengan terampil oleh sutradara. Banyak sekali aspek penceritaan di film ini yang sangat jarang digunakan pada film animasi yang diproduksi oleh studio besar pada umumnya.

Pertama, ketiadaan dialog, teks, maupun narator di seluruh film, membuat audiens dipaksa untuk mengikuti alur cerita dengan membaca bahasa visual film untuk memahami keseluruhan isi cerita. Hukum alam dan momen-momen magis di film ini tidak dijelaskan secara gamblang, sehingga cerita Flow memberi banyak ruang interpretasi.

Kedua, desain karakter dan animasi hewan dalam film Flow  terasa sangat natural dan sesuai dengan sifat hewan-hewan aslinya. Berbeda dengan kebanyakan film fabel, di mana hewan berperilaku seperti manusia, Flow  memperlihatkan hewan sebagaimana adanya di dunia nyata. Meski demikian, film ini tetap berhasil membuat audiens merasa terhubung dan relevan dengan ceritanya.

Sumber gambar: IMDB.com

Terakhir, perspektif dan pergerakan kamera yang ekspresif membawa audiens pada pengalaman sinematografi yang imersif. Audiens dibuat seolah-olah ada di dalam layar, ikut berinteraksi dan merasakan kehidupan hewan-hewan dalam usaha bertahan hidup. 

Ketiga faktor tersebut diharmonisasikan dengan baik oleh Gints yang hasilnya berhasil memberikan karakteristik yang menonjol di antara film animasi di industri kebanyakan, sehingga mengantarkannya pada audiens yang lebih luas, yaitu audiens yang mungkin tidak dapat menjangkau layar festival. Sebagai karya yang ekspresif dan inovatif, Flow berpotensi membuka pasar baru bagi cerita-cerita yang berani mengeksplorasi batasan-batasan konvensional, serta membawa harapan akan meluasnya keberagaman film animasi di layar lebar. 

Sejak 8 November lalu Flow masih dapat ditonton di beberapa bioskop di Indonesia. Hingga tulisan ini dibuat, film ini masih berputar di sirkuit festival seperti Festival Sinema Prancis 2024 dan akan ditayangkan di beberapa kota diantaranya Jakarta, Medan, Jogja, Bandung, Semarang, Surabaya serta Denpasar. Temukan jadwal dan cara menontonnya di website Festival Sinema Prancis.

Trailer film Flow dapat dilihat pada tautan di bawah ini. 

Independent Film Maker

More From Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You May Also Like