Sependek perjalanan Animasi Club merayakan animasi, cerita adalah aspek krusial yang pengembangannya sering tidak menjadi prioritas industri maupun akademisi animasi di Indonesia. Begitu banyak proyek pengembangan mencurahkan perhatian pada kemampuan, kapasitas produksi dan teknologi, namun hanya segelintir yang menaruh perhatian pada pengembangan cerita. Hal ini berakibat kurangnya cerita-cerita orisinil penanda zaman lahir dalam wujud animasi, sebuah gaya bercerita yang sejatinya tanpa batas.
Dalam khasanah animasi Indonesia tersebutlah Aaska Production, rumah produksi yang terkenal dengan serial Atlas Boy: Mini Adventures’. Salah satu episode serial ini adalah Film Animasi Pendek Terbaik versi Piala Maya 2020. Ketika marak yang mengadaptasi legenda, mitologi, properti intelektual terkenal, atau mengerjakan cerita waralaba, Aaska Production menjadi satu dari sedikit rumah produksi yang mengembangkan dan memproduksi sendiri ceritanya. Astrid Sugandi, CEO dan Executive Producer Aaska Productions, adalah narasumber AnimasiTalk Episode 3. Ia adalah sosok dibalik cerita-cerita yang difilmkan rumah produksi ini.
Bercerita (storytelling) ternyata adalah aktivitas yang sangat berarti bagi Astrid sejak kecil. Ia mengaku pernah menjadi korban bully. Astrid kecil lalu menghibur diri dengan menulis diary, serta mencipta cerita dengan karakter-karakter fiksi. “Cerita-cerita fiksi dan karakter ini literally saved my life.” ujarnya. Karena itu meski kemudian kuliah di jurusan teknik kimia dan bekerja dibidang perbankan, Astrid akhirnya kembali pada renjana menjadi pencerita. Bersama kedua rekannya ia menemukan Aaska Productions.
AnimasiTalk episode ini juga menggali proses pengembangan cerita dalam lingkup Aaska Productions, serta nilai-nilai dan karakter diusung oleh cerita-ceritanya. Kita juga akan mendengar sejauh apa komitmen rumah produksi ini untuk mengembangkan sendiri cerita-ceritanya.
Dalam rangka Hari Kartini, selain mengenai pengembangan ceritanya, AnimasiTalk juga akan membahas hal menarik lain dari Aaska Production. Ketika banyak rumah produksi SDM-nya didominasi laki-laki, Aaska Production dipimpin dan didominasi oleh perempuan. Apakah ini disengaja? Apakah ada pendekatan kepemimpinan berbeda yang ditawarkan? Apakah ini mempengaruhi cara bercerita konten-kontennya?
Simak diskusi lengkapnya disini:
Penulis
~ Chonie Prysilia