Konsep Acara ini sangat sederhana, belajar animasi dari para mentor, dan menonton animasi di alam terbuka. Selain diadakan untuk merayakan Hari Animasi Dunia , sekaligus juga mempererat hubungan antar anggota komunitas melalui kegiatan kreatif dan edukatif. Selebrasi ini dihadirkan dengan rangkaian program bertema “Why Animation”. Tema yang dipilih dari sebuah pertanyaan “why animation” yang kerap dilontarkan ketika suatu film sedang dalam tahap pengembangan. Namun pertanyaan ini justru jarang ditanyakan oleh pelaku animasi khususnya yang lebih sering terlibat sebagai bagian dari tim produksi. Pada camp ini, peserta diajak memahami lebih dalam tentang alasan dibalik kekuatan dan keindahan animasi sebagai media ekspresi sehingga dapat menjawab pertanyaan yang menjadi tema besar acara.
Datang dari berbagai penjuru Jawa
Pada awalnya, ide AnimasiCamp ini adalah kegiatan camping kreatif yang diselenggarakan oleh komunitas Animasi Club untuk merayakan hari Animasi Dunia sekaligus menjadi wadah keakraban komunitas animasi, khususnya di Yogyakarta dan sekitarnya. Namun antusiasme datang dari berbagai kota di Jawa, seperti: Jakarta, Tasikmalaya, Solo, Klaten, Surabaya, Malang, Kediri, dan Indramayu. Mereka sangat antusias untuk bergabung dalam camping kreatif ini. Peserta camp rata-rata adalah pelajar dan mahasiswa dari berbagai sekolah dan kampus, profesional, dan 2 guru animasi SMK 3 Batu.
Eki NF, direktur MD Animation juga nampak ikut serta melebur bersama. Sebuah kehormatan bagi komunitas kedatangan berbagai elemen yang membentuk ekosistem animasi di Indonesia. Mereka kemudian diajak terlibat dalam berbagai aktivitas seperti masterclass, diskusi ide satu/satu, pemutaran film animasi, dan persiapan distribusi film. Tujuannya adalah untuk memperdalam pemahaman dan keterampilan dalam pra, produksi & distribusi animasi.
Sejak Sabtu siang (26/10/2024) beberapa peserta mulai berdatangan dan melakukan registrasi bersama. Pada saat bersamaan, mereka berkenalan dan saling mengakrabkan diri satu sama lain yang terdiri dari berbagai pelajar dan mahasiswa dari berbagai kota. Suasana kian cair dengan resepsi makan siang bersama yang sudah disediakan oleh tim Animasi Club, yakni sayur lodeh, tempe, dan ikan asin. Setelah makan dan beramah-tamah, acara dibuka dengan sambutan oleh Wahyu Suntoon sebagai koordinator acara, dan kemudian dipandu oleh Kusmalida sebagai pengantar acara berikutnya. Lida menunjuk satu demi satu peserta untuk memperkenalkan dirinya. Meski masih tampak canggung, dari wajah mereka terlihat antusias dan kesegaran untuk mengikuti rangkaian acara berikutnya.
Master Class
Kelas pertama pun dimulai sebagai awal dari sesi AnimasiCamp 2024. Sesuai rundown acara, bahwa event kali ini akan dipadati 4 kelas dari berbagai narasumber/kreator animasi. Alam terbuka yang sejuk dan santai menambah keceriaan siang itu. Apalagi diselingi oleh rintik hujan dan seduhan teh hangat yang menambah suasana kelas menjadi rileks.
Session 1 : “Production Design Film Pendek Animasi”, oleh Hizkia Subiyantoro
Hizaro memberikan tajuk pada presentasinya “Belajar Gagal” pada presentasinya. Ia memulai dengan bercerita tentang kegagalan-kegagalan sebelum membuat film animasi pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya. Situasi yang biasa dialami oleh kreator sebelum menemukan cara “memecah telur” pada proses kreatifnya. Cerita gagal ini sengaja dibawakan untuk dapat dipelajari dan dijadikan cambukan motivasi oleh peserta. Karena memang para peserta adalah para pelajar dan mahasiswa yang sedang berjibaku menyelesaikan proyek film animasi pertamanya dalam tugas akhirnya.
Hizaro juga membawakan materi production design dalam film pendek animasi. Bagaimana mengkombinasikan ide cerita lokal, referensi visual dan semiotika artistik, dan visual storytelling yang berkarakter, kemudian menyusunnya menjadi pitchdeck yang kuat. Presentasi ini ingin menggali lebih dalam kemampuan bercerita animasi dengan tema-tema lokal dan dekat dengan keseharian, namun bisa diterima secara global (worldwide).
Selama 1,5 jam “pelajaran gagal” ini diharapkan oleh Hiza agar kreator atau calon kreator bisa menyadari akan kelemahan dan kekuatan masing-masing dan menjadi lebih otentik serta menemukan karakter mereka sendiri. Karena sesuatu yang otentik tidak perlu bersusah payah untuk menjadi lebih dari yang lain, atau menjadi minder dengan yang lain. Karakter dan otentisitas adalah sebuah perjalanan masing-masing kreator yang tida bisa disamakan/dibandingkan dengan perjalanan orang lain.
Session 2 : “Sinematografi dalam Komik & Animasi”, oleh Alfi Zachkyelle
Pada sesi kedua, Alfi berbagi hal unik dalam mengembangkan visual storytellingnya dengan bahasa camera yang sinematic. Masterclass yang sangat cocok buat para komikus, ilustrator, concept artist, dan sutradara animasi muda yang ingin mengasah citarasa storytelling visualnya. Alfi mempunya background dan pengalaman lebih dari 20th sebagai kreator komik, ilustrator, dan sutradara animasi. Sebuah pengalaman yang sangat mahal dalam mengarungi jagad kreatifitas dan melintasi keterbatasan serta media-media untuk bercerita. Kelas ini mengeksplorasi konsep sinematografi dan aplikasinya dalam media animasi, serta pelajaran yang diperoleh dari perjalanan bersama studio yang Ia dirikan, Kampoong Monster. Di sesi tanya jawab, Mas Eky dari MD Animations juga berbagi pengalamannya dalam memproduksi serial animasi “Adit, Sopo, Jarwo,” yang telah tayang ratusan episode di stasiun televisi nasional.
Screening AC #38
Menampilkan animasi-animasi yang ceritanya kuat karena mereka menggambarkan potensi besar animasi dalam menyampaikan emosi, cerita, dan pesan yang mendalam dengan kebebasan visual dan artistik yang unik.
Malam itu diisi dengan pemutaran film panjang animasi “The Painting” karya sutradara Jean-François Laguioine. Film ini diputar pada Animasi Camp 2024 berkat kerjasama Institute France Indonesia (IFI) dengan Animasi Club, masih dalam rangka bulan Festival Film Perancis 2024.
- YEAR: 2011
- NATIONALITY : Belgium, France
- RUNNING TIME : 1h16
- FILMING FORMAT : 35 mm
- COLOUR : Colour
- SCREENPLAY : Anik Le Ray, Jean-François Laguionie
- PRODUCERS : Blue spirit productions, Be-films, Armelle Glorennec, France 3 Cinéma, Eric Jacquot
Film ini bercerita tentang lukisan yang belum diselesaikan oleh pelukisnya. Karena alasan misterius, seorang pelukis meninggalkan sebuah karya yang belum selesai, yang menyebabkan konflik antara kaum Toupin (Alldun), yang seluruhnya telah dilukis, kaum Pafini (Halfies), yang kekurangan beberapa warna, dan kaum Reuf (Sketsa), yang hanya membuat sketsa. Kaum Toupin menempati kastil, kaum Pafini berada di taman, dan kaum Reuf diperlakukan sebagai orang buangan dan diburu oleh kaum Toupin. Tiga sahabat, masing-masing dari kelas, memulai perjalanan untuk menemukan seniman tersebut sehingga ia dapat menyelesaikan karyanya dan mudah-mudahan dapat menyatukan masyarakat.
Screening dilanjutkan dengan memutar beberapa film pendek kurasi Hizkia yang menurutnya bisa merepresentasikan tonggak penting selama 20 th kebelakang. Film tersebut antara lain: Kwek (2015) karya Mandegani Duniarto, Big Buck Bunny (2007) karya Blender Institute, Madagascar (2011) karya Bastien Dubois, dan Si Nini (2011) karya Johan Tri Handoyo. Film Kwek adalah pencapaian indah dalam hal cerita dan teknologi yang pada saat itu (2004) hardware komputer yang dipakai masih sangat sederhana, namun secara visual film ini berhasil mencapai titik tertinggi. Sementara Big Buck Bunny adalah proyek kedua Blender Institute yang teknik pembuatannya memakai metode Open Movie, sebuah inisiasi pembuatan film animasi secara terbuka. Pada masa itu era internet sedang mengalami perkembangan yang signifikan, sehingga prosesnya produksinya bisa dibagikan ke seluruh dunia melalui blog dan Youtube.
Madagascar, carnet de voyage adalah film yang sangat artistik dan dibuat dengan pendekatan style buku diary. Film ini berhasil masuk nominasi Oscar tahun 2011. Sebagai film yang dibuat menggunakan metode experimental, penonton diharapkan bisa mengambil point dari proses produksinya. Bahwa, banyak cara untuk bisa bercerita secara visual. Terakhir, Si Nini adalah contoh bagus bagaimana seorang filmmaker independent memproduksi film dan memanfaatkan komunitas untuk distribusinya. Film yang dibuat sekitar 4 minggu ini, dipublish secara gratis di Youtube, namun proses pembuatannya dikemas dalam bentuk DVD tutorial yang dijual ke berbagai kota di Indonesia. Sekitar 400 keping DVD berhasil didistribusikan kepada peminatnya.
Tak lama setelah sesi screening selesai, barbeque pun dimulai. Puluhan ikan dan jagung siap untuk dipanggang bersama. Para peserta pun merapatkan diri dan mulai memanggang ikan dan jagung. Tersedia juga kopi dan teh sebagai pelengkapnya. Sesi ini merupakan sesi santai dan semakin menambah keakaraban para peserta. Tak perlu waktu lama, diantara mereka pun bercengkrama dan membentuk kelompok-kelompok kecil diskusi. Malam semakin menua, beberapa lalu menyambangi tenda masing-masing untuk beristirahat. Nampak di sekitar api unggun, beberapa peserta tampak berdiskusi seru dan mengobol hingga menjelang subuh. Beberapa menit kemudian, suasana tampak sepi dan sunyi, hanya sekumpulan suara jangkrik dan katak berorkestrasi.
Pada hari kedua, peserta mulai beraktifitas pada jam 8 pagi. Diawali dengan menyegarkan diri dengan air mandi, dan beberapa snack sebagai sarapan pagi. Diantara mereka ada yang sudah bersiap membawa catatan guna mengikuti kelas pagi.
Session 3 : “How to Find Your Why Animation”, oleh Hizart Studio
Sesi konsultasi/diskusi ide cerita project film animasi. Dalam One on One Review peserta diajak untuk diskusi secara personal dengan para mentor, sehingga peserta dapat memperkaya wawasan dan keterampilan mereka. Terbagi menjadi 2 kelompok besar, masing-masing dipimpin oleh Hizkia dan Chonie sebagai moderator. Seketika, diskusi terjadi. Premis-premis dari para peserta digali dan dibicarakan. Kritik, saran, masukan dari berbagai perspektif adalah asupan penting dalam mengembangkan cerita animasi. Para peserta nampak antusias dan serius membagikan masukan-masukan dan saling memberikan berbagai tanggapan.
Tidak ada kesimpulan khusus dalam sesi ini. Misinya adalah untuk menggali lebih dalam seberapa jauh kemungkinan cerita-cerita tersebut bisa dimaknai dan ditulis ulang nantinya. Peserta diharap bisa membawa pulang perspektif-perspektif baru yang didapatkan dari diskusi tersebut. Sehingga logika-logika cerita bisa terstruktur dengan baik dan semakin menambah nilai baru serta wacana keberagaman. Tujuannya adalah agar setiap ide cerita yang didiskusikan memiliki kedalaman dan dapat menjawab pertanyaan “Why animation?”.
Session 4 : “Persiapan distribusi film”, oleh Chonie Prysilia
Chonie berbagi tips-tips mempersiapkan distribusi sebuah film pendek animasi, sebelum masuk ke dalam sirkuit festival nasional dan internasional. Berbagai faktor unik proses ini tidak bisa dipelajari hanya dari buku dan bangku kuliah saja. Pengalaman empiris dan jaringan yang luas terhadap festival dan komunikasi global yang ditekuninya, akan sangat bermanfaat sebagai bekal kamu yang ingin karyanya mendapat apresiasi lebih luas lagi.
Kelas ini juga membahas berbagai cara membawa film kepada audiensnya beserta segala persiapan yang diperlukan. Chonie juga berbagi pengalamannya sebagai produser, sutradara, dan penyelenggara festival animasi, sehingga ia dapat menyampaikan perspektif dari ketiga peran tersebut terkait distribusi film di dalam maupun di luar sirkuit festival.
Pulang Membawa Bekal Pengalaman
Seperti tujuan awalnya, Animasi Camp ingin memberikan pengalaman belajar di alam terbuka dambil merayakan hari animasi sedunia. Dalam 2 hari 1 malam ini, peserta rasanya cukup mengalami peristiwa penting dalam kaitannya dengan animasi, yakni belajar dari para ahli dan berkenalan dengan berbagai kolega. Setidaknya ini cukup untuk bekal dibawa pulang dan diceritakan dengan teman serta rekan-rekan mereka.
Siang itu, Animasi Club cukup puas menjadi fasilitator acara. Beberapa testimoni positif (lihat di video) bisa kami dapatkan langsung dari para peserta. Tak terasa acara Animasi Camp 2024 telah usai. Kami menutupnya dengan makan siang bersama, membagi sertifikat, dan berpamitan satu sama lain.
Oya, acara ini terselenggara oleh Animasi Club dan IFI Yogyakarta, serta didukung oleh MD Animasi, Manimonki Studio, Hizart Studio, Kampoong Monster Studio, Prodi ITS, dan Suntoon Studio. Kami mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada para peserta, Wana Jonggol, dan semua pihak yang telah mendukung acara ini berjalan dengan baik dan lancar.
Sampai jumpa di Animasi Camp berikutnya!