Pada akhir pekan lalu (20-21/07), sebanyak 12 siswa SMP se-Banyumas Raya berkumpul di aula Klenteng Hok Tek Bio Kandang Gampang, Purbalingga. Mereka mengikuti workshop animasi yang diinisiasi oleh Festival Film Purbalingga. Workshop ini melibatkan kami, komunitas Animasi Club, sebagai tim instruktur.
Hari pertama diisi dengan pemaparan oleh ketua instruktur, Hizkia Subiyantoro. Ia menjelaskan bahwa salah satu tujuan workshop ini adalah mengolah sampah plastik dan kertas menjadi karya animasi yang bernilai. Mata anak-anak berbinar ketika Hizkia menunjukkan beberapa arsip film animasi tradisional, baik lokal maupun internasional, sebagai referensi pembuatan animasi dalam workshop ini. Dari video animasi dan berkas aset film yang ditampilkan, mereka dapat mengamati dan memahami lebih dekat proses animasi yang tidak banyak menggunakan teknologi digital.
Selanjutnya, Hizkia mendorong mereka untuk berekspresi melalui kegiatan membuat karakter. Wahyu Suntoon mendampingi siswa dengan memberikan beberapa contoh kolase yang ia buat di tempat. Saya bertugas mendampingi siswa-siswi yang ingin mencoba menyetrika kumpulan plastik bekas menjadi seperti kertas. Dengan bahan-bahan yang tersedia di meja, mereka memilah, memilih, memotong, menempel, melukis, dan membentuk kolase di atas kertas kosong. Beberapa diantaranya memanfaatkan tekstur plastik meleleh dan melukisnya menjadi latar belakang animasi. Setelah beberapa jam berkutat dengan cat, kertas, dan plastik bekas, peserta workshop berhasil merespon apa yang mereka lihat dan menciptakan berbagai karakter animasi dengan kreativitas mereka sendiri.
Pada hari kedua, banyak peserta masih merasa kurang puas dengan aset karakter yang telah dibuat, sehingga kami memberi mereka kesempatan untuk mencipta karakter-karakter baru. Kali ini, hasil kolase mereka terasa lebih bebas dan kreatif. Setelah semua karakter siap, mereka mendapatkan arahan dari Chonie Prysilia mengenai cara mengubah hasil kolase menjadi boneka yang dapat digerakkan dalam proses animasi.
Dari karakter-karakter yang terkumpul, setiap kelompok diberi tugas untuk menciptakan cerita dan menulis dialog-dialog sederhana tentang hal-hal yang mungkin terjadi sebelum masing-masing karakter itu berangkat ke acara layar Tanjlep Festival Film Purbalingga. Para peserta kemudian merekam suara mereka sendiri, yang akan digunakan untuk dubbing cerita karakter, sebelum akhirnya menganimasikan karakter-karakter tersebut dengan teknik animasi stop motion.
Film karya 12 pelajar SMP tersebut lalu memasuki fase pasca produksi, termasuk proses compositing dan editing, yang kami kerjakan sehari setelah workshop selesai, dan menghasilkan satu film animasi berdurasi 7 menit. Film pendek ini kemudian diputar di Festival Film Purbalingga selama dua hari berturut-turut, menandai karya animasi pertama bagi ke dua belas pelajar SMP se-Banyumas Raya dan mengantarkan mereka ke panggung Festival Film Purbalingga sebagai filmmaker.
Dokumentasi foto oleh Wahyu Suntoon dan Chonie Prysilia