Bad Hair Day: Film Animasi Tentang Rambut dan Perundungan

Siapa sangka, rambut juga sering menjadi bahan perundungan di sekolah. Bad Hair Day adalah film animasi pendek yang mengangkat isu tersebut. Film ini digarap oleh Dionisius Miki, sebagai karya tugas akhirnya di Institut Seni Indonesia Yogyakarta, pada tahun 2019. Ia adalah seorang filmmaker, animator, dan illustrator. Film ini merupakan film kedua yang ia sutradarai.

Sebagai adik tingkat Miki, penulis merasa terkesan saat pertama kali menyaksikan film Bad Hair Day pada acara screening tugas akhir. Gaya animasinya begitu menarik, dengan pemilihan warna yang sangat serasi. Film ini terlihat digarap dengan serius dan profesional, seolah-olah melibatkan tim besar dalam proses produksinya. Kekaguman saya semakin bertambah ketika mengetahui bahwa film ini juga ditayangkan di beberapa festival animasi. Saya juga tertarik membahas film ini karena rambut saya juga keriting, sehingga cerita yang diangkat terasa sangat dekat dan relevan dengan pengalaman pribadi saya. Pada kesempatan kali ini, saya akan menggali lebih dalam tentang proses di balik layar pembuatan film ini.

Ide Cerita

Desain karakter Jane.
Sumber Gambar: behance.net/dionisiusmiki

Ide awal pembuatan film ini muncul dari ketertarikan Miki untuk mengangkat cerita tentang perundungan yang terjadi di sekolah. Inspirasi tersebut berasal dari pengalamannya saat SMP, di mana ia menyaksikan seorang teman dirundung karena memiliki rambut keriting. Namun, saat itu Miki hanya menjadi saksi tanpa berbuat apa-apa untuk membantu atau membela temannya. Cerita film Bad Hair Day lalu dibuat sederhana, mengangkat isu yang mudah dipahami oleh dosen, agar film ini bisa dinilai dengan baik dan memperlancar proses kelulusan.”

Film ini bercerita tentang Jane, seorang gadis yang sejak kecil memimpikan memiliki rambut panjang dan indah. Namun saat remaja, rambutnya tumbuh panjang, lebat, dan keriting. Hal ini menjadikan Jane sasaran perundungan di sekolah, karena rambutnya yang dianggap aneh, dan diolok seperti semak-semak. Pesawat terbang dan peluru kertas sering dilemparkan teman-temannya, lalu tersangkut di rambut lebatnya.

Dalam proses menentukan konflik dan penyelesaian untuk film Bad Hair Day. Miki mengaku menghadapi tantangan dalam menemukan momen yang tepat untuk mengakhiri adegan perundungan dan memberikan resolusi yang bermakna. Salah satu momen penting dalam cerita ini adalah ketika Jane, yang merasa semakin tertekan akibat perundungan, menghadapi keputusan besar terkait rambutnya. Momen ini dipilih menjadi puncak konflik, yang berpengaruh besar dalam menentukan akhir cerita.

Produksi Animasi

Background film Bad Hair Day.
Sumber Gambar: behance.net/dionisiusmiki

Desain karakter dan environment pada film ini terinspirasi dari serial Steven Universe dan Hilda yang diproduksi oleh Cartoon Network. Meski awalnya mengacu pada gaya kedua serial tersebut, kebiasaan menggambar dengan detail serta menggunakan outline (garis) yang solid telah berkembang menjadi ciri khas gaya visual yang unik dalam film ini. Selain itu, line art pada background memanfaatkan warna putih untuk memberikan highlight dan hitam untuk menunjukkan bayangan. Dengan perlakuan ini, Miki bermaksud untuk menciptakan dimensi tambahan agar background tidak terlihat flat, meskipun hanya menggunakan satu warna bayangan.

Produksi Bad Hair Day memakan waktu sekitar satu tahun, dari bulan Januari hingga Desember tahun 2018. Pada periode Januari hingga Juni, tahap pra-produksi dimaksimalkan untuk pembuatan proposal, storyboard, dubbing, serta detail lainnya. Kemudian, pada Juli hingga Agustus, fokus dialihkan untuk pembuatan background, dengan target satu gambar background per hari. 

Selanjutnya, dari September hingga November, proses pembuatan animasi frame-by-frame dilakukan dengan target satu shot per hari, dari total 60-62 shot. Akhirnya, pada bulan Desember, tahap komposisi dan mastering dilakukan dengan target dua shot per hari. Sebagai sutradara dan animator, Miki mengerjakan hampir 95% proses animasinya, karena pada film ini ia memakai gaya yang sudah terbiasa ia buat. Untuk memastikan animasinya terlihat konsisten, seluruh proses dikerjakan oleh satu orang.

Hasil lineart dan coloring karaker Will dan Coi.
Sumber Gambar: behance.net/dionisiusmiki

Pengisi Suara dan Musik

Film ini menggunakan pendekatan monolog internal untuk menyampaikan isi cerita. Monolog internal adalah percakapan batin yang terjadi dalam pikiran seorang karakter. Dalam film ini, karakter utama, Jane, mengungkapkan isi pikiran dan perasaannya. Dengan cara ini, Miki berharap penonton dapat lebih memahami apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh Jane. Untuk mengisi suara Jane, Miki meminta temannya, Balqis Intan, yang sering menjadi pengisi suara untuk film-film tugas kuliah, di lingkungan jurusan animasi ISI Yogyakarta. Selain monolog, Miki juga menambahkan sedikit dialog untuk memperkuat adegan, sebuah pilihan yang jarang diambil oleh mahasiswa tugas akhir. Hal ini karena proses mencocokkan gerakan mulut dengan dialog secara tepat dan natural seringkali sulit dicapai dalam animasi. 

Film ini menggunakan musik yang minimalis. Miki menjelaskan, “Saya belajar dari film bahwa kehadiran jeda, seperti suara alam atau kesunyian, bisa memberikan sensasi yang berbeda dan membuat penonton lebih menikmati suasana film. Jika musik scoring dipakai terus-menerus sepanjang film, kadang bisa terasa monoton atau melelahkan.” Ia tidak ingin filmnya terkesan seperti video musik, melainkan ingin menciptakan pengalaman yang lebih mendalam sebagai sebuah film.

Tantangan dan Kesan

Still image film Bad Hair Day.
Sumber Gambar: behance.net/dionisiusmiki

Tantangan utama dalam pembuatan film ini, seperti kebanyakan film tugas akhir lainnya, adalah mengejar target yang telah ditetapkan oleh kampus. Mengingat sebagian besar pekerjaan dikerjakan oleh Miki sendiri, ia menghadapi kesulitan dalam memenuhi target waktu. “Jika pekerjaan sehari tidak selesai, maka hari berikutnya harus menanggung pekerjaan tambahan. Kondisi ini membuat sulit untuk menyelesaikan film sesuai target,” ungkap Miki. Untuk mengatasi tantangan ini, ia mengorbankan hari libur kuliah untuk terus melanjutkan produksi film.

Kesan yang didapatkan Miki dari proses pembuatan Bad Hair Day lebih banyak terfokus pada tantangan deadline-nya. Meskipun sulit, ia berhasil menciptakan karya yang memuaskan dan penuh makna baginya. Setelah film ini selesai, harapan Miki akan film ini bisa masuk ke festival film tercapai, sehingga ia dan merasa cukup percaya diri untuk dipamerkan filmnya. Di luar pencapaian apresiasi, harapan Miki atas film ini pun sederhana. Ia  berharap elemen-elemen dalam film, seperti background, desain karakter, dan konsep art, dapat digunakan sebagai portofolio yang bermanfaat setelah lulus kuliah.

Film “Bad Hair Day” sudah bisa ditonton melalui platform Youtube berikut ini:

Credit

A film by
Dionisius Miki

Voices
Balqis Intan as Jane
Dionisius Miki as Bolam and Will
Gugum Abdullah as Coi

Music Design
Clarentino Triadi

Additional Sound
Ahmad Ahadi

Translator
Diajeng Fitri Aulia

Art of Bad Hair Day

Sketsa desain karakter Jane.
Sumber Gambar: Arsip Dionisius Miki
Sketsa desain karakter Bolam.
Sumber Gambar: Arsip Dionisius Miki
Bakcground film Bad Hair Day dari sketsa, lineart, dan coloring.
Sumber Gambar: Arsip Dionisius Miki
Sketsa layout ruangan pada film Bad Hair Day
Sumber Gambar: Arsip Dionisius Miki
Background film Bad Hair Day.
Sumber Gambar: behance.net/dionisiusmiki
Still image film Bad Hair Day.
Sumber Gambar: behance.net/dionisiusmiki
Still image film Bad Hair Day.
Sumber Gambar: behance.net/dionisiusmiki
Still image film Bad Hair Day.
Sumber Gambar: behance.net/dionisiusmiki

Animator independen dan pengggas Rimbun Project. Aktif berkomunitas di Animasi Club

More From Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You May Also Like