Dari Inisiatif ke Layar: Tikus, Rumah, dan Keluarga dalam Animasi AKAN

Akan adalah film animasi berdurasi 8 menit 20 detik yang disutradarai oleh Dimas Fajar dan diproduseri oleh Aziz Hammad Kusteja, mahasiswa Animasi ISI Yogyakarta angkatan 2021. Diproduksi oleh Xania Project pada tahun 2023, film ini lahir dari inisiatif sekelompok mahasiswa yang ingin karyanya dapat ditayangkan di berbagai festival animasi, salah satunya Waini Animation Festival.

Sebagai alumni mahasiswa animasi, saya tertarik untuk mengulas proses di balik layar pembuatan film ini. Sebab, umumnya mahasiswa membuat film sebagai bagian dari tugas kampus, baik itu tugas akhir maupun tugas mata kuliah. Mari kita ulas.

Ide Cerita

Ide cerita Akan muncul dari diskusi enam mahasiswa inisiator inti yaitu sutradara, Dimas dan produser, Aziz, bersama rekan-rekan seangkatannya; Armansyah Danuarta Bimantara, Zainadin Zakaria, Faiza Zahwa Maharani, dan Muhammad Huda. Dalam proses brainstorming, Dimas sebagai sutradara mengajukan pertanyaan “Bagaimana ya kalau bikin film dengan karakter hewan yang hidup berkoloni, sering ditindas oleh manusia, dan mudah digambar?” Dari situ, muncul dua pilihan ide hewan tikus dan semut. Setelah mempertimbangkan berbagai aspek, mereka akhirnya sepakat memilih tikus sebagai karakter utama, karena lebih mudah digambar dibandingkan semut yang memiliki kaki lebih banyak.

Selanjutnya, Dimas kembali mengajukan pertanyaan “Situasi apa yang merugikan banyak pihak?” Mereka lalu sepakat bahwa perang adalah peristiwa yang membawa dampak besar dan merugikan banyak pihak. Dari sinilah latar cerita mulai terbentuk. Untuk memperkuat setting, Dimas memilih negara Polandia sebagai latar utama agar cakupan cerita terasa lebih luas. Ia membaca berbagai jurnal dan sumber sejarah tentang perang yang pernah terjadi di Polandia. Dari hasil risetnya, ia menemukan bahwa setelah Perang Dunia I, banyak peralatan perang seperti helm, senjata, dan sepatu tentara berserakan di berbagai tempat. Referensi sejarah ini kemudian menjadi inspirasi dalam pembuatan environment dalam film ini.

Selain referensi sejarah, inspirasi lain datang dari musik. Dimas terinspirasi oleh lagu Kita Usahakan Rumah Itu karya Sal Priadi. Ia membayangkan cerita film ini menggambarkan perjuangan dan kehilangan seperti lagu tersebut. Oleh karena itu, rumah dipilih sebagai latar utama dalam film ini untuk memperkuat tema kehancuran akibat perang, dan menjadikannya lebih emosional serta dekat dengan pengalaman kehilangan yang universal.

Design character keluarga Will
Sumber gambar: Xania Project

Dengan fondasi cerita yang kokoh dan inspirasi dari berbagai sumber, Akan mengisahkan perjalanan seekor tikus bernama Will yang hidup bahagia bersama keluarganya—Ayah, Ibu, dan tiga adiknya. Namun, kebahagiaan itu tidak bertahan lama. Ketika perang pecah di Polandia, tragedi menimpa keluarganya, ketiga adiknya tewas, dan Ibunya pergi meninggalkan mereka. Keadaan semakin memburuk ketika sang Ayah mengidap penyakit demensia, sebagai dampak penuaan dan trauma dari peristiwa tersebut. Hal itu menambah penderitaan yang harus Will tanggung seorang diri. Dimas memilih anak pertama sebagai tokoh utama agar beban emosional dan tekanan yang dialami Will terasa lebih mendalam.

Produksi

Akan dikerjakan oleh 35 mahasiswa dengan tingkat pengalaman yang beragam, termasuk beberapa yang belum pernah membuat animasi sebelumnya. Oleh karena itu, diperlukan strategi khusus agar produksi dapat berjalan dengan lancar. Sebagai sutradara, Dimas membagi shot-shot animasi sesuai dengan kemampuan masing-masing anggota tim. Karena Dimas juga berperan sebagai compositor, ia dapat membayangkan hasil akhir animasi dengan lebih jelas, sehingga mampu memberikan arahan yang lebih efisien dalam alur pekerjaan. Selain itu, setiap departemen memiliki penanggung jawab masing-masing. Namun, Dimas tetap menjalin komunikasi langsung dengan anggota tim di bawah mereka untuk memastikan progres berjalan sesuai rencana.

Dari sisi produksi, sebagai produser, Aziz tidak hanya bertanggung jawab dalam pembuatan jadwal produksi, tetapi juga dalam mencari sponsor untuk mendukung pendanaan film ini. Pengalaman magangnya di Dipadira Studio sewaktu SMK memberinya pemahaman tentang manajemen waktu dalam produksi animasi, yang kemudian ia terapkan dalam proyek ini. Aziz bercerita bahwa proposal film ini sempat mengalami beberapa kali penolakan dari beberapa pihak, hingga mendapat dukungan dana dari Yayasan Rumah Peneleh—sebuah yayasan yang bergerak di bidang penggodokan ide dan perubahan sosial budaya menuju peradaban Nusantara yang berketuhanan, adil, makmur, dan sejahtera. Dengan adanya dana produksi dan tenggat waktu yang jelas, tim terdorong untuk bekerja lebih semangat dan berkomitmen menyelesaikan film ini tepat waktu.

Film ini dibuat dalam waktu lima bulan, dari Desember 2022 hingga April 2023. Fase pra-produksi berlangsung selama dua bulan, sementara produksi dikerjakan dalam tiga bulan, dan telah dimulai sejak bulan kedua fase pra-produksi. Dilanjutkan fase pasca-produksi

Background dan Animasi

Concept art rumah Will.
Sumber gambar: Xania Project

Salah satu inspirasi visual film ini datang dari Fuelled (2021), sebuah film animasi pendek produksi Killedthecat Productions, yang dikenal dengan detail gambar background yang kuat serta penggunaan simbolisme dalam penceritaannya. Film ini menginspirasi tim film Akan dalam menjaga konsistensi visualnya, terutama dalam mendesain background. Petunjuk teknis lalu dibuat sebagai acuan untuk mempermudah dalam pembuatan latar tiap adegan. Meski demikian  sutradara juga memberikan kebebasan kepada background artist dalam menciptakan objek-objek unik. Salah satu contohnya adalah rumah karakter utama yang berbentuk seperti teko, menambah kesan kreatif dalam dunia yang mereka bangun.

Film ini menggunakan teknik animasi 2D frame by frame, di mana setiap frame harus digambar satu per satu untuk menciptakan gerakan yang halus dan alami. Meskipun dikerjakan oleh mahasiswa dengan pengalaman terbatas, film ini tetap berhasil menjaga konsistensi gaya animasi dari awal hingga akhir. Hal ini dicapai melalui pembagian tugas yang jelas, di mana setiap anggota tim memiliki peran spesifik. Juga melalui desain karakter yang jelas—mulai dari tampilan full-body-nya hingga berbagai ekspresinya. Storyboard yang digambar dengan detail juga membantu memperlancar proses animasi. Para animator juga sesekali menggunakan teknik tracing, yakni menjiplak garis dari desain karakter atau storyboard sebagai acuan dalam menggambar gerakan.

Pasca Produksi

Editing pada film ini juga dilakukan oleh Aziz. Durasinya tidak terasa terlalu lama maupun terlalu cepat. Hal ini dapat dicapai karena Aziz kerap mengkonsultasikan ritme film dengan rekan kerjanya di industri animasi.

Visual Development film Akan
Sumber gambar: Xania Project

Masih dalam fase yang sama, art director Regita Sekar Arum bertanggung jawab membuat color palette yang menjadi acuan dalam proses color grading dan compositing. Kedua proses ini kembali dilakukan oleh Dimas. Dengan color palette, setiap shot dalam film memiliki nuansa yang seragam dan harmonis, juga meminimalisir perbedaan warna yang mencolok antar adegan. Selain itu, beberapa adegan menggunakan grading hitam putih untuk memberikan kesan masa lampau, memperkuat perbedaan antara peristiwa yang terjadi di masa kini dan masa lalu.

Dubbing dan Musik

Film ini dibuat tanpa dialog, bukan tanpa alasan. Karena tim masih tergolong kreator pemula, mereka memilih untuk tidak menggunakan dialog. Keputusan ini juga diambil untuk menghemat biaya produksi serta menyesuaikan dengan waktu pengerjaan yang terbatas.

Musik film ini dibuat oleh Abdul Aziz, seorang mahasiswa musik. Dengan sentuhan karyanya, ia berhasil menciptakan atmosfer emosional yang mendukung cerita. Musik dalam film ini ia dibuat dramatis, dengan penggunaan theme song di berbagai adegan. Sebenarnya, sutradara ingin memasukkan alat musik tradisional Polandia dalam komposisi musiknya. Namun, hal tersebut belum memungkinkan karena instrumen digitalnya harus dibeli terlebih dahulu, dan biayanya cukup mahal.

Tantangan dan Pesan

Tak dapat dipungkiri, film ini menghadapi banyak tantangan sepanjang proses produksinya. Selain tenggat waktu yang cukup ketat, Dimas menuturkan bahwa tantangan terbesar adalah mengelola banyak orang dengan beragam kemampuan, terutama karena sebagian besar anggota tim masih dalam tahap berkembang dalam keterampilan membuat animasi. Sebagai sutradara, ia harus terampil dalam mendelegasikan tugas agar produksi tetap berjalan efisien, di sisi lain, ia juga perlu memahami keterbatasan timnya, serta menghadapi berbagai hambatan yang muncul di luar kendalinya.

Saat produksi memasuki tahap akhir, beberapa anggota tim yang sudah selesai turut membantu rekan-rekan yang membutuhkan. Kerja sama ini menjadi kunci agar film selesai tepat waktu. Dengan strategi pembagian tugas yang terarah, semangat berkarya tim, Akan akhirnya berhasil diselesaikan meskipun diproduksi oleh mahasiswa yang masih dalam tahap belajar.

Pesan yang ingin disampaikan dalam film ini adalah bahwa seburuk apapun masa lalu, seseorang harus tetap bisa melangkah maju. Namun, dalam proses moving on, tidak ada salahnya menoleh ke belakang untuk menyadari sejauh mana perjalanan telah ditempuh. Selain itu, Dimas munturkan bahwa film ini juga mengajak semua pihak yang terlibat untuk terus berkarya tanpa rasa takut. Menurutnya dari keberanian berkarya akan tercipta evolusi dan evaluasi yang, pada akhirnya akan melahirkan karya-karya yang unik dan variatif.

Film Akan telah diputar di berbagai festival, termasuk Waini Animation Festival (2023), Bandung International Film Festival (2023), Animart Festival (2023), Anti-War International Independence Film Festival (2023), serta beberapa festival lainnya. Film ini juga meraih Honorable Mention dari Student World Impact Film Festival (2023). Film ini kini telah dipublikasikan secara luas di kanal YouTube Xania Project, dengan lebih dari 100.000 penonton yang banyak meninggalkan komentar positif.

Editor: Chonie Prysilia

Film Akan
Sumber: Kanal Youtube Xania Project

Credit

Written & Directed by
Dimas Fajar Purnomo

Executive Producer
Aziz Hammad Kusteja
Arikamayanti

Producer
Dimas Fajar Purnomo
Armansyah Danuarta Bimantara
Aziz Hammad Kusteja

Screenplay by
Faiza Zahwa Maharani

Assistant Director
Armansyah Danuarta Bimantara
Faiza Zahwa Maharani

Management Department Head Manager
Aziz Hammad Kusteja

Pre-Production Studio Manager
Aziz Hammad Kusteja (XANIA Project Pictures)

Production Studio Manager Zainadin Zakaria (Pentol Production)

Post-Production Manager Patricia Puspita Murti (Prana Production)

Fund Managerial / Associate Producer Aziz Hammad Kusteja
Ari Kamayanti

Line Producer
Aziz Hammad Kusteja
Armansyah Danuarta Bimantara

Quality Control Management
Muhammad Huda

Distributor
Araz Purnomo

(Cha-O-Tic Release) Legal Team
Aziz Hammad Kusteja
Araz Purnomo
Armansyah Danuarta Bimantara
Dimas Fajar

Art Department

Art Director
Regita Sekar Arum

Concept Art Coordinator
Armansyah Bimantara

Concept Artist
Regita Sekar Arum
Armansyah Danuarta Bimantara
Zainadin Zakaria Hilmy
Farras Alaia Sandrine

Design Character
Armansyah Danuarta Bimantara
Alaia Sandrine F.
Syakira Nur Rahma Hambali

Environment Artist
Zainadin Zakaria
Regita Sekar Arum
Hilmy Farras
Rury Faradita

Story Department

Written by
Dimas Fajar

Screenplay by
Faiza Zahwa Maharani

Development Research Team
Dimas Fajar
Faiza Zahwa Maharani
Armansyah Danuarta Bimantara
Aziz Hammad Kusteja

Lead Story Artist
Muhammad Huda

Storyboard Artist
Muhammad Huda
Patricia Puspita Murti
Aziz Hammad Kusteja

Coordinator Story & Story Editor
Aziz Hammad Kusteja

Animation Department

Background Artist
Armansyah Danuarta Bimantara
Zainadin Zakaria
Nur Laela Aisyah
Bagus Dian Rizky
Hilmy Farras
Regita Nur Sekar Arum
Rury Faradita

Layout Artist
Muhammad Huda
Armansyah Danuarta Bimantara
Regita Sekar Arum
Alaia Sandrine
Zainadin Zakaria
Aziz Hammad Kusteja
Dhea Ananda Karina

Animators
Muhammad Huda
Aziz Hammad Kusteja
Dhea Ananda Karina
Rahmayani Agustine
Patricia Puspita Murti
Faiza Zahwa Maharani
Armansyah Danuarta Bimantara
Zainadin Zakaria

Clean Up Artist
Imroatu Sholikhah
Syakira Nur Rahma
Dimas Fajar
Hilal Al-Ghifari
Aziz Hammad Kusteja

Colorist / Color Artist
Meilia Putri Utari
Fadia Azizah
Dimas Fajar

Animation Supervisor
Muhammad Huda
Dimas Fajar
Aziz Hammad Kusteja

CG 3D Department Supervisor CG & 3D Element
Dimas Fajar

3D Modeller
Anastasius Yoga Bagus
Dian Rizky

3D Animator
Bagus Dian Rizky

Render Wrangler
Anastasius Yoga

Reference Finder
Aziz Hammad Kusteja
Dimas Fajar
Hilmy Farras
Bagus Dian Rizky

Post-Production Department

Editor
Aziz Hammad Kusteja

Compositor
Aziz Hammad Kusteja
Dimas Fajar
Muhammad Huda

Credits
Aziz Hammad Kusteja
Armansyah Danuarta Bimantara

Sound Department Voley Artist/SFX Artist Jonathan Struges

SFX Audio Mixing
Aziz Hammad Kusteja

Original Scores
Abdul Aziz

Music Engineer
Brahmantio Hanif

Mastering Music
Jonathan Struges

Stock Audio pond5, findsound.org, youtube audio library

The Arts of Akan

Desain karakter Niki
Sumber gambar: Xania Project
Expression sheet karakter Niki
Sumber gambar: Xania Project
Expression sheet karakter Will
Sumber gambar: Xania Project
Mood lighting film Akan
Sumber gambar: Xania Project
Concept art environment gerbang gorong pada film Akan
Sumber gambar: Xania Project
Concept art rumah Niki pada film Akan
Sumber gambar: Xania Project
Concept Art rumah Niki di film Akan
Sumber gambar: Xania Project
Concept interior rumah keluarga Will
Sumber gambar: Xania Project
Background film Akan
Sumber gambar: Xania Project
Background film Akan
Sumber gambar: Xania Project

Penulis

Animator independen dan pengggas Rimbun Project. Aktif berkomunitas di Animasi Club

Tulisan Lainnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You May Also Like