Animasi Club edisi 16 telah diselenggarakan pada Sabtu malam, 21 Juli 2018 lalu, dengan berkolaborasi bersama Pintoo.Id. Bertempat di Pendopo Yogyatourium, edisi bulan ini dihadiri dari berbagai kalangan mahasiswa dan penggiat animasi, yang berdomisili di Yogyakarta. Tepat pada pukul 18.30 WIB, penonton mulai ramai menduduki kursi yang sudah disediakan panitia. Acara kemudian dibuka oleh Wildan dengan pembacaan profil Animasi Club dan tema edisi kali ini.
Tema yang dibawakan malam itu ialah “Focus on Lintang Ratuwulandari”. Lintang Ratuwulandari merupakan 2D Animator asal Indonesia yang baru saja menyelesaikan gelar master animasinya di l’université de Picardie Jules Verne, Prancis. Ia telah membuat setidaknya 7 karya. yang beberapa diantaranya pernah mendapatkan penghargaan dalam berbagai festival film di Prancis.
Uniknya, film-film yang dibesut oleh Lintang tersebut mengangkat isu-isu sosial di masyarakat umum, khususnya kaum perempuan, dengan dibawakan dalam gaya yang vulgar. Selain itu, film-filmnya juga menonjolkan sisi gelap pada setiap alur cerita. Hal tersebutlah yang membuat Animasi Club ingin menampilkan sesi khusus dari film Lintang Ratuwulandari.
Apa saja film-filmnya? Berikut film yang ditampilkan pada Animasi Club 16 :
Sea of Love (Video Clip) (2011)
02′ 21″
“Sebuah video musik dalam bentuk animasi dari lagu berjudul Sea of Love oleh Cat Power”
A Boy with a Camera (2012)
09’00”
“Hobi memotretnya menghantarkan Victor pada sebuah pertemuan yang janggal”
Expépaint (2013)
02:00
“Apa jadinya jika perasaan manusia diterjemahkan melalui warna, bentuk dan musik?”
Stuck (2014)
06’44”
“Kakak beradik menemukan diri mereka terdampar dalam dunia putih dan kosong. Sang adik perempuan mencoba mencari tahu dunia apakah ini dan bagaimana cara keluar dari sini”.
Animer (2015)
02’14”
“Menghidupkan dan memberikan nyawa pada sesuatu yang mati. Pengertian kata ‘Animer’ dalam bahasa Prancis atau ‘Animate’ dalam bahasa inggris, menjadi Animasi”.
I’m Tired (2016)
05’30”
“Kesedihan, patah hati, amarah, linglung… Perasaan-perasaan yang muncul saat kehidupan mengejek diri seorang perempuan, dengan mengambil satu-satunya orang yang ia cintai. Dan tidak ada apapun yang bisa ia perbuat”.
Stray Dog (2018)
10’27”
“Hubungan cinta antara dua orang tidak bisa terpisahkan dari yang mendominasi dan terdominasi, dicintai dan mencintai, seperti seekor anjing dan majikannya. Salah seorang dari pasangan ini, sudah lelah menjadi ‘anjing’ di hubungan mereka. Ia ingin menjadi manusia, mempunyai harga diri, dan mempunyai status setara dengan kekasihnya. Akan kah sebuah hubungan berjalan tanpa ada status anjing-majikan?”
Selama kurang lebih 30 menit film-film tersebut diputar pada sesi pertama. Acara dilanjutkan dengan sesi break sejenak menikmati jajan dan teh hangat, sebelum memulai sesi kedua.
Kemudian setelah para peserta menempati tempat duduknya kembali, sesi kedua yaitu diskusi dan tanya jawab pun dimulai. Ada yang menarik pada diskusi malam itu, Animasi Club melakukan teleconference bersama filmmaker yang sedang berada di Prancis, sehingga penonton dapat mengutarakan pandangan atau pertanyaan terkait film-film yang diputar secara langsung. Diskusi berlangsung seru dengan banyaknya respon dari para peserta.
Setelah diskusi selesai, DAGADU dan KERTASKOSONGMU membagikan merchandise kepada para peserta dengan respon terbaik. Tidak hanya itu, Lida (Mahasiswa Poliseni Yogyakarta) yang ikut mempresentasikan Tugas Akhirnya pada malam itu, juga memberikan merchandise berupa sarung tangan untuk pengkritik terbaik.
Post By :
M. Wildan Akifin (Programmer of Animasi Club)