Categories Animasi Club Event

Animasi Club #20

Sabtu, 24 november 2018, Animasi Club kembali menggelar acara bulanan, berupa menonton dan diskusi film animasi di Pendopo Yogyatourium Dagadu dari pukul 18.30 hingga 22.00 WIB. Pada kesempatan kali ini, dalam rangka memperingati hari anak sedunia dan hari pahlawan nasional yang jatuh pada bulan november, Animasi Club menyuguhkan pemutaran 2 tema berbeda sekaligus dalam satu edisi, yaitu film animasi anak dan special screening “Battle of Surabaya”.

C2

Tema-tema tersebut menarik para Anima Clubber untuk hadir pada edisi Animasi Club ke-20 kali ini. Dan terbukti, hampir 100 peserta datang dan ikut menyaksikan keunikan dari film-film yang ditampilkan. Tidak hanya orang dewasa, namun juga anak-anak ikut andil dalam meramaikan acara.

Pada malam itu pemutaran terbagi dalam dua sesi. Total terdapat 14 film animasi, meliputi 13 film animasi anak dengan judul : Perfect House (Ru Kuwahata & Max Porter), Sniffles (Jeremy Galante), Playfulness Clap Clap (Louise Blaster), Land (Masanobu Hiraoka), Ryoko (Emilio & Jesus Gallego), POVO (Mimi Shinko), Children’s Time (Nina Bisyarina), Piccolo Concerto (Ceylan Beyoglu), The Box (Merve Cirisoglu Cotur), The Hunchback and The Swan (Dotty Kultys), Two Trams (Svetlana Andrianova), Queen Bum (Maja Gehrig), dan Ethnopobia (Irida Zhonga) yang disajikan pada sesi pertama. Ditambah film “Battle of Surabaya” (Aryanto Yuniawan) yang diputar pada sesi kedua.

Setelah sesi pemutaran, dua perwakilan dari film BoS (Battle of Surabaya) dan MSV Studio yang berkesempatan hadir, Pak Adi (Produser BoS) dan Pak Heru (Scriptwritter di MSV Studio) diundang ke podium untuk diskusi bersama para penonton. Mereka berbagi cerita tentang konsep, teknis hingga suka duka selama proses produksi.

C5.jpg

Masih berkaitan dengan BoS, para peserta yang masih di acara pada malam itu, saling bergantian melontarkan pandangan mereka terkait film tersebut. Mas Alex salah satunya yang ikut mengkritisi film BoS, “saya merasa film ini mengangkat narasi dewasa yang terjebak dalam tubuh anak-anak. Saya tidak pernah berfikir jika anak-anak punya kosakata seperti terobsesi dan doktrin. Dan saya juga merasa anak-anak tidak punya keinginan untuk berperang, malah ekspektasi saya ketika anak-anak menonton film perang, justru mereka harusnya menghindari perang, bukan masuk untuk ikut berperang. Kemudian, masih ada objektifikasi tubuh perempuan, dan itu cuma gimmick beberapa detik. Jadi pada waktu latihan tembak, terus ada mbak-mbak yang lewat, terus nembaknya jadi titis (tepat sasaran), padahal sebelumnya meleset-meleset”.

Setelah diskusi, kemudian acara ditutup dengan penyerahan sertifikat kepada perwakilan MSV Studio dan foto bersama para penonton.

Ditulis oleh : M. Wildan Akifin (Programmer Animasi Club)

Tulisan Lainnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You May Also Like