Platform Khusus Isu Sosial Asia Pasifik: 5 Rekomendasi Film Pendek Animasi di Cinemata

Cinemata adalah sebuah platform khusus untuk  film dan video dengan isu sosial dan lingkungan di Asia-Pasifik. Platform ini bertujuan untuk menyoroti kisah-kisah penting namun jarang terdengar, memperluas jangkauan, keterlibatan, dan dampak para pembuat film, serta membantu penonton menemukan video atau film yang menggugah pemikiran. 

Meski merupakan platform yang terbuka untuk publik, Cinemata selalu berupaya untuk menjaga agar hanya isu-isu sosial dari regional Asia Pasifik dimuat. Di balik layar Cinemata adalah sekelompok tim kurator yang dengan cermat memastikan film-film yang masuk berada dalam kerangka tersebut. Para kurator juga aktif membuat playlist dan mempromosikan konten dengan isu sosial yang, tak hanya menantang pemikiran, namun juga berkonteks esensial dan relevan. Dengan cara ini Cinemata berniat menjadi penyedia sumber konten bernilai, sambil mempromosikan kesadaran akan masalah-masalah kritis dan tujuan-tujuan esensial di regional ini.

Di tengah maraknya platform video dan film yang berfokus pada algoritma dan profit, menemukan platform khusus seperti ini merupakan angin segar bagi para peneliti, aktivis, maupun penonton yang haus akan film-film bertema sosial. Kolom komentar terpantau aman dari komentar tak sensitif atau kasar dari netizen, meski film atau videonya membahas isu-isu sensitif. Meski tak populer, platform seperti Cinemata menjadi tempat khusus bagi penonton untuk mendapatkan berbagai perspektif, maupun bagi kreator untuk menempatkan karyanya. 

Dari ribuan konten video dan film di Cinemata, terdapat sekelompok film animasi juga. Sesuai fokus platform ini, film animasi di dalamnya pun mengangkat berbagai isu sosial. Dari isu hak asasi manusia, pekerja migran dan pengungsi, hingga berbagai masalah kekerasan seksual, inilah lima film animasi pendek rekomendasi Animasi Club, yang dapat ditonton cuma-cuma di platform ini:

Daisy

Tangkapan gambar film akun Cinemata CCP Film, Broadcast and New Media

Dalam gelap, tergeletak sebuah kotak musik yang terbuka. Muncul dari dalamnya sosok anak perempuan memakai gaun berkelopak. Ketika cahaya menyinari, anak perempuan itu sadar akan kemampuannya mencipta musik dengan gerakan. Ia pun menari tanpa menyadari sejumlah pasang mata menyeramkan sedang mengawasi, hingga satu per satu kelopak mulai tercabut dari gaunnya.

Demikian sinopsis film berdurasi 5 menit berjudul Daisy, yang merupakan karya tugas akhir program master tiga kreator Pepot Atienza, Aditi Dixit, dan Shecid Domínguez. Film produksi BAU University of Arts and Design ini menghadirkan sebuah realitas menyeramkan akan resiko mengintai konten yang mengeksploitasi anak-anak yang menjamur di dunia maya. Dengan hanya satu karakter utama, film ini menggunakan gaya bercerita yang efektif namun mendalam, juga artistik mengagumkan yang tercipta dengan teknik puppet animation (stop-motion). Sejak rilisnya, Daisy telah terpilih untuk tayang di beberapa festival animasi terkemuka, termasuk The Córdoba International Animation Festival – ANIMA, di Argentina. Film ini juga telah memenangkan beberapa penghargaan, termasuk ‘Best Student Film’ dalam ajang New Delhi Film Festival 2024. 

Tonton film ‘Daisy’ pada tautan ini.

Lost at Sea

Tangkapan gambar akun Cinemata Doctors Without Borders APAC

“Lost at Sea” adalah film berdasar pengalaman Muhib, seorang Rohingnya yang meninggalkan Myanmar dan menempuh sebuah perjalanan laut berbahaya, demi mendapatkan suaka di Malaysia. Warna-warna gelap nan dramatis, disertai pergerakan kamera yang intim menangkap setiap emosi karakternya, membawa kita pada sebuah pengalaman menakutkan akan perjalanan seorang pengungsi dalam mencari suaka.

Diproduksi oleh organisasi kemanusiaan bernama Doctors Without Borders, film ini merupakan karya tangan dingin duo kreator Andrés Bartos Amory dan Lucija Stojevic dari rumah produksi Noon Films S.L.U. Urgensi masalah kemanusiaan yang coba diberitakan film ini, disertai eksekusi memukau teknik animasi digital painting pada setiap frame-nya, menjadikan film ini terpilih untuk tayang di Annecy Film Festival, festival film animasi terbesar dan tertua di dunia, pada tahun 2023 yang lalu. Film ini juga meraih berbagai penghargaan, termasuk Best International Short Film pada Heroes International Film Festival di Roma – Italia.

Klik di sini untuk menonton film ‘Lost at Sea’.

Homebound

Tangkapan gambar akun Cinemata Two Islands Digital

‘Homebound’ merupakan sebuah gambaran intim akan pengalaman para pekerja migran di luar negeri. Film ini memuat urgensi perbaikan atas sebuah sistem yang telah memanfaatkan ribuan perempuan pekerja migran setiap tahunnya.

Film ini adalah karya Ismail Fahmi Lubis, seorang filmmaker Indonesia yang kerap mengangkat kehidupan para pekerja migraine dalam karya-karyanya. Film lainnya dengan isu serupa adalah film dokumenter Help is On The Way, yang meraih Piala Citra untuk kategori Film Dokumenter Panjang Terbaik pada Festival Film Indonesia 2019. 

Film ‘Homebound’ dibuat dengan keterbatasan masa pandemi, menggunakan cara bercerita animasi dengan teknik cut-out digital. Gerakan animasi yang minim membuat kita fokus pada suara yang ditulis dan dibacakan sendiri oleh subyek animasi dokumenter ini. Tak hanya melawan keterbatasan pengambilan gambar di masa pandemi, film ini juga memberi wujud pada jalan panjang dari masa lalu subyek, yang berlalu tanpa dokumentasi.
Film berdurasi 17 menit ini adalah produksi Two Islands Digital yang terwujud oleh pembiayaan dari Kurawal Foundation. Tonton film ‘Homebound’ pada tautan ini.

Limbo

Tangkapan gambar akun Cinemata Yangon Film School

Diangkat dari kejadian nyata yang terjadi di negara bagian Kayin, Myanmar, Limbo merupakan kisah tragis seorang perempuan berusia 19 tahun yang diperkosa di rumahnya sendiri, oleh pamannya. Keadilan tertunda baginya, akibat tekanan dari bibi dan pamannya. 

‘Limbo’ adalah satu dari sedikit film animasi dokumenter yang mendokumentasikan kisah tragis. Dalam durasi 5 menit, film menjadi salah satu karya yang membuktikan bahwa animasi dapat menceritakan tragedi tanpa mengeksploitasi korban maupun keluarganya. Artistik yang tercipta dari teknik sand animation yang digunakan, adalah gambaran gelapnya kasus-kasus kekerasan seksual dalam lingkup keluarga yang sering kali tertutup dan tak pernah diungkap.

Animasi dan rekaman audio wawancara film ini dibuat oleh Nwaye Zar Che Soe, Saw Eh Doh Poe, dan Nann Win May Aye, para siswa Yangon Film School. Mereka membuat film ini dibawah bimbingan para tutor Debjani Mukherjee dan Paromita Vohra. Kerjasama tutor dan pelajar ini berbuah manis. Limbo meraih penghargaan ‘Best animation’ pada gelaran World Health Organisation’s (WHO) inaugural Health for All Film Festival, pada tahun 2020.

Tonton film ‘Limbo’ pada tautan ini.

My Clouded Mind

Tangkapan gambar akun Cinemata EngageMedia

Naura, 19 tahun, mengakhiri hubungan jarak jauhnya setelah sisi lain kekasihnya terkuak dan itu merusak kepercayaannya. Kini, Naura mengalami trauma karena foto-foto pribadinya tersebar di internet, dan berjuang mencari alasan untuk kembali bangkit menghadapi hari yang baru.

Demikian sinopsis film animasi pendek berjudul ‘My Clauded Mind’ karya penulis dan produser film Annisa Adjam. Film berdurasi 11 menit ini adalah produksi InTEAMmates yang mengangkat isu kekerasan berbasis gender online. Prestasi film ini melambung tinggi dengan menjadi official selection di beberapa festival film, termasuk TAAFI – 7th Toronto Animation Arts Festival International 2022, Chaniartoon International Comic and Animation Festival 2022, dan CRAFT International Animation Festival 2023.

Dari hubungan toksik hingga revenge porn, ‘My Couded Mind’ adalah representasi akurat mengenai beragam resiko yang dihadapi generasi muda, utamanya perempuan, dengan fasilitas teknologi informasi saat ini. Sepanjang film kita disuguhkan visual yang menyerupai interaksi sosial kita di dalam smartphone. Sebuah pendekatan visual ini berhasil membuat kisah dalam film begitu dekat dan relevan. Pendekatan ini barangkali juga sebagai pengingat bahwa kasus-kasus seperti ini dapat terjadi pada kita atau orang-orang terdekat kita.

Nonton film ‘My Clouded Mind’ pada tautan ini. (CPS)

Co-Founder, Festival Director of @craftanimfest. Volunteer of @animasi_club. Filmmaker at @hizartstudio.

More From Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You May Also Like