Categories Artikel Berita Film

Nyla: Film Animasi Siswa SMK dengan Sistem Teaching Factory 

Nyla adalah film animasi yang bercerita tentang perjalanan seorang gadis muda dalam dunia sepak bola wanita. Mengambil latar budaya Sumba, film ini mengangkat tema pemberdayaan perempuan dalam olahraga, memperlihatkan bagaimana karakter utama menghadapi berbagai tantangan dalam mengejar mimpinya di tengah norma sosial dan ekspektasi yang ada.

Film animasi Nyla merupakan proyek yang menarik dari RUS Animation Studio, sebuah teaching factory yang berbasis di SMK RUS Kudus. Film ini menjadi karya perdana jurusan Animasi 2D yang baru didirikan di sekolah tersebut. Dengan mengangkat tema sepak bola wanita dan budaya Sumba, Nyla menunjukkan potensi yang menarik, terutama mengingat proses pembelajarannya di tingkat SMK.

Beberapa waktu lalu, Animasi Club berkesempatan untuk berbincang dengan Sigit Hermawan, sutradara film animasi Nyla sekaligus mentor di RUS Animation Studio. Dalam perbincangan ini, Sigit membagikan cerita tentang perjalanan produksi Nyla, tantangan yang dihadapi, serta bagaimana sistem pembelajaran industri di RUS Animation dapat membimbing siswa SMK dari nol hingga mampu menghasilkan sebuah film animasi pendek. 

RUS Animation Studio dan Sistem Teaching Factory

RUS Animation Studio merupakan bagian dari SMK RUS Kudus yang mengadopsi sistem teaching factory, yaitu metode pembelajaran yang mengintegrasikan industri ke dalam sekolah. Studio ini pertama kali dibangun pada tahun 2015 dengan dukungan Yayasan Djarum Foundation Bakti Pendidikan untuk mendukung jurusan Animasi, Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) dan Desain Komunikasi Visual (DKV). Seiring perkembangannya, jurusan Animasi 2D mulai dikembangkan pada tahun 2020-2021, dan Nyla menjadi proyek perdana yang menguji kurikulum serta pipeline produksi animasi 2D di sekolah ini.

Sebagai bagian dari sistem teaching factory, siswa tidak hanya mendapatkan teori, tetapi juga terlibat dalam produksi nyata yang menyerupai lingkungan kerja di industri animasi profesional. Siswa kelas 11 dan 12, bahkan dari tiga generasi angkatan (2022-2024), turut berkontribusi dalam pembuatan Nyla. Sebelum terlibat dalam produksi, mereka harus menjalani pelatihan intensif selama dua bulan agar siap menghadapi tantangan produksi animasi.

Riset Mendalam Sebagai Fondasi Nyla

Nyla bukan sekadar film animasi biasa. Salah satu hal yang membuatnya menarik adalah pendekatan riset yang dilakukan secara serius oleh tim produksi. Tema film Nyla ditentukan oleh Djarum Foundation Bakti Pendidikan untuk mendukung Djarum Foundation Bakti Olahraga, yang saat itu tengah mengembangkan program sepak bola wanita. Untuk mendukung inisiatif tersebut, tim produksi memutuskan untuk mengangkat tema pemberdayaan perempuan dalam olahraga.

Dalam mencari latar yang unik, tim menemukan artikel tentang sepak bola api di Sumba. Awalnya, mereka mengira bahwa olahraga tersebut adalah bagian dari budaya setempat. Namun, setelah melakukan riset lapangan langsung ke Sumba, mereka mendapati bahwa sepak bola api ternyata hanya atraksi yang disediakan oleh hotel dan bukan bagian dari tradisi masyarakatnya. Meskipun begitu, perjalanan riset ini justru membuka wawasan baru tentang budaya Sumba.

Tim produksi yang terdiri dari 15 orang—terdiri dari tim cerita, manajemen dan tim produksi—melakukan perjalanan ke Sumba untuk bertemu langsung dengan masyarakat setempat. Mereka mengunjungi klub sepak bola wanita lokal dan mempelajari budaya serta arsitektur rumah adat di sana. Salah satu temuan menarik dalam riset ini adalah bagaimana peran gender di Sumba ternyata cukup seimbang, berbeda dari bayangan awal mereka. Saat mereka bertanya kepada sesepuh setempat mengenai bagaimana jika cucu perempuannya ingin menjadi pemain sepak bola, pertanyaan tersebut dijawab dengan menunjuk sepatu bola milik cucu perempuannya yang ada di tiang rumah adat—menandakan bahwa anak perempuan juga mendapat dukungan untuk bermain sepak bola. Dari situ, konsep dalam film kemudian dikembangkan lebih lanjut dengan menghubungkannya dengan budaya tenun khas Sumba.

Untuk menjaga keaslian budaya yang diangkat, tim produksi juga merekam logat dan cara berbicara masyarakat setempat agar dapat diterapkan dalam dialog film. Mereka bahkan berkolaborasi dengan penutur asli Sumba sebagai penasihat bahasa, memastikan bahwa dialek yang digunakan tetap otentik meskipun film ini disampaikan dalam bahasa Indonesia.

Tantangan dalam Produksi Animasi 2D

Sebagai proyek pertama animasi 2D dari RUS Animation Studio, Nyla menghadapi berbagai tantangan, terutama dalam menghidupkan adegan sepak bola secara realistis. Sepak bola merupakan salah satu gerakan yang sulit dianimasikan karena membutuhkan akurasi tinggi dalam setiap pergerakan. Sedikit saja kesalahan dalam cara menendang atau mengontrol bola, penonton bisa langsung menyadarinya.

Untuk mengatasi tantangan ini, tim produksi melakukan rekaman langsung latihan tim sepak bola wanita di Lapangan Jati, Stadion milik Djarum Foundation Bakti Olahraga, di Rendeng. Mereka mendokumentasikan gerakan para pemain, mewawancarai pelatih, serta menganalisis metode latihan agar bisa diterjemahkan ke dalam animasi dengan lebih akurat.

Selain tantangan teknis, tim produksi yang sebagian besar terdiri dari siswa PKL juga menghadapi kendala dalam hal pengalaman. Awalnya, produksi film ini direncanakan selesai dalam enam bulan, namun akhirnya molor hingga satu tahun karena banyaknya proses pembelajaran yang harus dilakukan di tengah produksi.

Kolaborasi dan Dukungan Berbagai Pihak

Meskipun dikerjakan oleh siswa SMK, Nyla mendapat dukungan dari berbagai pihak. Salah satu bentuk kolaborasi yang menarik adalah keterlibatan JKT48 dalam mengisi original soundtrack (OST) film ini. Selain itu, berbagai donatur juga membantu membangun sarana dan prasarana.

Sebagai proyek non-komersial, Nyla tidak bertujuan untuk mencari keuntungan, melainkan menjadi sarana pembelajaran dan pengembangan bagi siswa. Oleh karena itu, sulit menghitung biaya produksi secara spesifik karena seluruh dana yang digunakan merupakan bagian dari pengembangan fasilitas dan kurikulum sekolah.

Harapan untuk Nyla dan Masa Depan Animasi Indonesia

Film Nyla mungkin belum sempurna, tetapi sebagai hasil dari sistem pembelajaran industri di RUS Animation Studio, film ini menjadi contoh bagaimana siswa SMK bisa berkembang dan menghasilkan karya berbasis riset yang mendapat apresiasi.

Ke depan, Sigit Hermawan berharap lebih banyak investasi dalam pendidikan animasi agar semakin banyak siswa yang siap terjun ke industri dengan bekal keterampilan yang lebih matang. Dengan pipeline yang terstruktur, Indonesia berpotensi menciptakan lebih banyak karya animasi berkualitas yang dapat bersaing di tingkat global.

Film Nyla bukan hanya sebuah karya animasi, tetapi juga simbol perjalanan panjang dalam membangun ekosistem pendidikan animasi berbasis industri. Dengan dedikasi para siswa, guru, dan dukungan dari berbagai pihak, film ini membuktikan bahwa sekolah kejuruan di Indonesia memiliki potensi besar dalam industri animasi. 

Desember lalu, film Nyla tayang perdana di Jogja-Netpac Asian Film Festival dan mendapatkan respon cukup bagus dari audiens. Kini, teman-teman Animasi Club bisa menonton film Nyla pada tautan berikut: 

[Editor: CP]

Penulis

Independent Film Maker

Tulisan Lainnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You May Also Like